Propinsi Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengahadalah salah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibukotanya adalah Kota Palangka Raya. Kalimantan Tengah memiliki luas 157.983 km² dan berpenduduk sekitar 2.202.599 jiwa, yang terdiri atas 1.147.878 laki-laki dan 1.054.721 perempuan (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Provinsi ini mempunyai 13 kabupaten dan 1 kotamadya.
Bagian Utara Kalimantan Tengah terdiri dari Pegunungan Muller Swachner dan perbukitan, bagian Selatan dataran rendah, rawa dan paya-paya. Berbatasan dengan tiga Provinsi Indonesia, yaitu Kalimantan Timur, Selatan dan Barat serta Laut Jawa. Wilayah ini beriklim tropis lembap yang dilintasi oleh garis equator.
Keanekaragaman Hayatinya banyak yang belum diketahui, dengan ragam wilayah pantai, gunung/bukit, dataran rendah dan paya, segala macam vegetasi tropis mendominasi alam daerah ini. Orangutan merupakan hewan endemik yang masih banyak di Kalimantan Tengah, khususnya di wilayah Taman Nasional Tanjung Puting yang memiliki areal mencapai 300.000 ha di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan. Terdapat beruang, landak, owa-owa, beruk, kera, bekantan, trenggiling, buaya, kukang, paus air tawar (tampahas), arwana, manjuhan, biota laut, penyu, bulus, burung rangkong, betet/beo dan hewan lain yang bervariasi tinggi.
Sumber Daya Alam yang berupa Hutan mendominasi wilayah 80%. Hutan primer tersisa sekitar 25% dari luas wilayah. Lahan yang luas saat ini mulai didominasi kebun Kelapa Sawit yang mencapai 700.000 ha (2007). Perkebunan karet dan rotan rakyat masih tersebar hampir diseluruh daerah, terutama di Kabupaten Kapuas, Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas dan Kotawaringin Timur. Banyak ragam potensi sumber alam, antara lain yang sudah diusahakan berupa tambang batubara, emas, zirkon, besi. Terdapat pula tembaga, kaolin, batu permata dan lain-lain.
Suku Dayak yang terdapat di Kalimantan Tengah terdiri atas Dayak Hulu dan Dayak Hilir. Dayak Hulu terdiri atas : Dayak Ot Danum, Dayak Siang, Dayak Murung, Dayak Taboyan, Dayak Lawangan, Dayak Dusun dan Dayak Maanyan. Sedangkan Dayak Hilir (Rumpun Ngaju) terdiri atas: Dayak Ngaju, Dayak Bakumpai, Dayak Katingan, dan Dayak Sampit. Suku Dayak yang dominan di Kalimantan Tengah adalah suku Dayak Ngaju, suku asal Kalimantan lainnya yang tinggal di pesisir adalah Banjar Melayu Pantai merupakan ¼ populasi Kalteng. Disamping itu ada pula suku Jawa, Madura, Bugis dan lain-lain. Gabungan suku Dayak (Ngaju, Sampit, Maanyan, Bakumpai) mencapai 37,90%.
Rumah TradisionalKalimantan Tengah adalahRumah Betang. Rumah Betang adalah rumah panjang yang merupakan rumah adat suku Dayak (Ngaju) di Kalimantan Tengah. Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung, memanjang. Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan Matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah Matahari terbenam, sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup mulai dari Matahari tumbuh dan pulang ke rumah di Matahari padam.
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, rumah betang sudah tidak ada yang asli lagi, yang ada adalah yang sudah dibangun ulang. Di bagian paling hulu, rumah betang yang dibangun kembali ada di Desa Tumbang Bukoi, Kecamatan Mandau Talawang. Di bagian hilir, rumah betang yang dibangun kembali ada di Desa Sei Pasah, Kecamatan Kapuas Hilir. Bangunan ini dibangun tidak jauh dari rumah betang asli yang sudah runtuh, tapi masih ada sisa-sisa tiangnya.
Di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah ada rumah betang asli yang dibangun sejak tahun 1870. Letaknya di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir. Rumah ini menghadap Sungai Kahayan dan memiliki pelabuhan yang siap menyambut kedatangan wisatawan melalui sungai.
Pakaian Adat Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. Beratus tahun lalu masyarakat Dayak membuat busana dengan bahan dasar kulit kayu yang disebut kulit nyamu. Kulit kayu dari pohon keras ini ditempa dengan pemukul semacam palu kayu hingga menjadi lemas seperti kain. Setelah dianggap halus "kain" itu dipotong untuk dibuat baju dan celana.
Model busananya sangatlah sederhana dan semata mata hanya untuk menutupi badan. Bajunya berupa rompi unisex tanpa hiasan apapun. Rompi sederhana ini dalam bahasa Ngaju disebut sangkarut. Celananya adalah cawat yang ketika dikenakan bagian depannya ditutup lembaran kain nyamu berbentuk persegi panjang yang disebut ewah. Busana itu berwarna coklat muda (warna asli kayu), tak diberi hiasan, tak pula diwarnai sehingga kesannya sangat alamiah.
Akan tetapi naluri berdandan, yang konon telah bangkit pada hati setiap manusia sejak ribuan tahun silam, mengusik hasrat masyarakat Dayak Ngaju untuk "mempercantik" penampilan. Maka baju kulit kayu sederhana itu pun lalu dilengkapi dengan aksesori ikat kepala (salutup hatue untuk kaum lelaki dan salutup bawi untuk para perempuan), giwang (suwang), kalung, gelang, rajah (tatoo) pada bagian-bagian tubuh tertentu, yang bahannya juga dipungut dari alam sekitar. Biji-bijian, kulit kerang, gigi dan taring binatang dirangkai menjadi kalung, gelang terbuat dari tulang binatang buruan, giwang dari kayu keras, dan berbagai aksesori lainnya yang berasal dari limbah keseharian mereka. Kesederhanaan pakaian kulit kayu itu kemudian memancarkan esensi keindahan karena imbuhan warna warni flora dan fauna yang ditambahkan sebagai pelengkap busana.
Pada perkembangan selanjutnya masyarakat Dayak Ngaju pun mulai membubuhkan warna dan corak hias pada busana mereka. Bahan pewarna itu secara kreatif diolah dari alam sekitar mereka. Misalnya saja, warna hitam dari jelaga, warna putih dari tanah putih dicampur air, warna kuning dari kunyit dan warna merah dari buah rotan.
Mandau. Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari pemiliknya. Artinya, kemanapun sang pemilik pergi mandau akan selalu dibawa karena berfungsi sebagai simbol kehormatan atau jati diri. Zaman dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual tertentu seperti perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara.
Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat keampuhan atau kesaktian. Kekuatan saktinya itu tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual tertentu, tetapi juga dalam tradisi pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Ketika itu (sebelum abad ke-20) semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, maka mandau yang digunakannya semakin sakti. Biasanya sebagian rambutnya digunakan untuk menghias gagang mandau. Mereka percaya bahwa orang yang mati karena di-kayau, rohnya akan mendiami mandau tersebut sehingga menjadi sakti. Namun, saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya, cinderamata, barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar dan bertani.
Bahasa Daerah. Sebagian besar penduduk Kalimantan Tengah terdiri dari suku bangsa Dayak. Suku bangsa dayak sendiri terdiri atas beberapa sub-suku bangsa. Bahasa Dayak Ngaju adalah bahasa dayak yang paling luas digunakan di Kalimantan Tengah, terutama di daerah sungai Kahayan dan Kapuas. Bahasa Dayak Ngaju juga terbagi lagi dalam berbagai dialek seperti bahasa Dayak Katingan dan Rungan. Selain itu Bahasa Ma’anyan dan Ot’Danum juga banyak digunakan. Bahasa Ma’anyan banyak digunakan digunakan di daerah aliran sungai Barito dan sekitarnya. Sedangkan bahasa Ot’Danum banyak digunakan oleh suku dayak Ot’danum di hulu sungai Kahayan dan kapuas.
Kelompok masyarakat pendatang juga memberikan keragaman bahasa bagi masyarakat Kalimantan Tengah. Bahasa yang cukup sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Banjar karena memiliki kedekatan geografis dengan daerah Kalimantan Selatan yang mayoritas dihuni oleh suku/orang Banjar, dan cukup banyak orang Banjar yang merantau ke Kalimantan Tengah. Bahasa lainnya adalah bahasa Jawa, bahasa Bugis, bahasa Batak, dan sebagainya yang dibawa pendatang.
Flora Identitas Kalimantan Tengah adalah Tenggaring atau Rambutan. Merupakan tanaman tropis yang tergolong ke dalam suku lerak-lerakan atau Sapindaceae, berasal dari daerah kepulauan di Asia Tenggara. Kata "rambutan" berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai rambut.
Rambutan banyak terdapat di daerah tropis seperti Afrika, Kamboja, Karibia , Amerika Tengah, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Sri Lanka. Pohon hijau abadi, menyukai suhu tropika hangat (suhu rata-rata 25 derajat Celsius), tinggi dapat mencapai 8m namun biasanya tajuknya melebar hingga jari-jari 4m. Daun majemuk menyirip dengan anak daun 5 hingga 9, berbentuk bulat telur, dengan variasi tergantung umur, posisi pada pohon, dan ras lokal.
Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki "rambut" di bagian luarnya (eksokarp). Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning hingga merah ketika masak/ranum. Endokarp berwarna putih, menutupi "daging". Bagian buah yang dimakan, "daging buah", sebenarnya adalah salut biji atau aril, yang bisa melekat kuat pada kulit terluar biji atau lepas ("rambutan ace"/ngelotok).
Pohon dengan buah masak sangat menarik perhatian karena biasanya rambutan sangat banyak menghasilkan buah. Jika pertumbuhan musiman, buah masak pada bulan Desember hingga Maret, dikenal sebagai "musim rambutan". Masanya biasanya bersamaan dengan buah musiman lain, seperti durian dan mangga.
Fauna Identitas Kalimantan Tengah adalah Kuau Kerdil Kalimantan, atau Merak kerdil. Disebut juga Kuau-kerdil malaya atau Kuau melayu atau dalam nama ilmiahnyaPolyplectron malacense adalah salah satu burung yang terdapat di dalam suku Phasianidae. Kuau-kerdil malaya berukuran sedang, dengan panjang sekitar 53cm. Burung ini memiliki bulu berwarna coklat, dengan tanda bintik hijau metalik berbentuk seperti mata. Burung jantan mempunyai jambul berwarna biru gelap kehijauan, iris berwarna biru-putih dan kulit sekitar matanya berwarna merah. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap dan lebih suram.
Populasi Kuau-kerdil malaya tersebar dan endemik di hutan dataran rendah semenanjung Malaya. Sebelumnya burung ini ditemukan juga di Thailand, Myanmar dan Singapura, namun sekarang telah punah di sana. Populasi spesies ini dapat ditemukan di Malaysia bagian tengah. Kuau-kerdil malaya poligamis. Jantan berpasangan dengan beberapa ekor betina. Pakannya berupa aneka serangga dan larvanya. Betina biasanya menetaskan sebutir telur yang dierami selama 22-23 hari.
Akibat menyusutnya hutan serta habitatnya yang sangat terbatas, kuau-kerdil malaya dimasukkan sebagai rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix II. Hewan ini terdaftar sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Tengah, walaupun mungkin yang dimaksudkan adalah kuau-kerdil Kalimantan.
Tarian Tradisional Kalimantan Tengah
Tari Wadian Amun Rahu. Tarian ini pada mulanya adalah sebuah tarian tradisional Suku Dayak Kalimantan Tengah yang bersifat sakral, magis dan religius. Tarian yang biasa dimainkan oleh kaum perempuan ini pada masa lampau dimaknai sebagai prosesi adat untuk menghantarkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, setelah selesai panen padi.
Selain itu, tarian ini juga sering dilakukan sebagai salah satu prasyarat tata cara penyembuhan seseorang yang menderita penyakit.
Ciri khas dari tari Wadian Amun Rahu terlihat pada penggunaan tata busananya yang didominasi warna merah dan putih sebagai perlambang keagungan Sang Maha Pencipta.
Tari Jarangkang Bango. Tarian ini merupakan tari kreasi baru yang diadaptasi dari tarian Suku Dayak di pedalaman Kalimantan Tengah dengan nama yang sama. Di daerah tersebut, tarian ini biasanya dimainkan oleh anak-anak.
Jarangkong Bango merupakan perangkat tari berupa benda yang dibuat dari batok kelapa yang dibelah dua, kemudian dilubangi untuk mengaitkan tali pegangan. Perangkat ini kemudian digunakan oleh para penari sebagai properti utama dalam tarian ini.
Tarian ini menunjukan sebuah kebersamaan dan kekompakan serta solidaritas anak-anak Suku Dayak Kalimantan Tengah dalam hidup bermasyarakat.
Tari Bahalai atau Tari Selendang Bawi. Tarian ini merupakan cindera tari yang diangkat dari kelengkapan pakaian berupa selendang di kalangan kaum wanita Suku Dayak Kalimantan Tengah.
Sama seperti tarian lainnya, tari ini juga telah mengalami pengembangan di beberapa bagian gerak dan atribut petari.
Tarian ini dimainkan dengan lemah gemulai oleh penari putrid sebagai gambaran sukacita dan ucapan syukur kepada Tuhan atas terlaksananya suatu hajatan besar di kalangan warga.
Tari Gelang Dadas dan Gelang Bawo (Iruang Wandrung). Tarian ini merupakan rampak selaras dua gerak tari yang disatukan yaitu Wadian Dadas dan Wadian Bawo dan kemudian disebut Tari Iruang Wandrung.
Tarian Dadas dilakukan oleh penari wanita, sedangkan Gelang Bawo ditarikan oleh penari pria. Dengan iringan perpaduan musik tradisonal yang energik tarian ini pada jaman dulu berfungsi sebagai tarian untuk menghantar syukuran kepada Yang Maha Kuasa karena keberhasilan dalam seluruh aspek kehidupan Suku Dayak Kalimantan Tengah.
Tari Rantak Kipas Gempita. Tarian ini menggambarkan semangat generasi muda dalam meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan. Kemajemukan sosial dan budaya dalam diri para pemuda yang menuntut ilmu di Bumi Tambun Bungai bukanlah suatu hambatan dalam mewujudkan cita-cita bersama untuk memajukan daerah.
Dibanding konsep awalnya, sajian tarian ini telah mengalami pengembangan ragam gerak dengan tidak meninggalkan kaidah dan tehnik dasarnya. Tarian ini dimainkan dengan lincah dan gembira, sebagai manifestasi dari semangat yang dimiliki oleh generasi muda dalam upaya ikut serta dalam membangun masyarakat, bangsa dan negara.
Tarian Mandau. Tari ini merupakan tarian yang umumnya dilmainkan oleh kaum perempuan. Makna yang terkandung di dalamnya adalah semangat seluruh warga Dayak dalam pertahanan diri dan kampong halaman dari ancaman pihak-pihak luar.
Dalam penyajiannya penari melakuikan gerakan yang lembut, gagah dan energik. Saat ini, penggarapan tari, gerak dan ragamnya telah mengalami pengembangan dengan tidak meninggalkan kaidah dan tekniknya yang sudah dikenal luas di seluruh wilayah Kalimantan Tengah sejak masa silam.
Tari Giring-giring. Tari giring-giring awalnya adalah tarian yang berasal dari daerah DAS Barito, Kalimantan Tengah.
Tari giring-giring biasa dipertunjukkan dengan perangkat musik dari bambu yang berbunji jika digetarkan. Alat musik ini biasa disebut Ganggereng dan dimainkan bersama sebuah tongkat yang di sebut Gantar. Tari ini biasa ditampilkan pada acara-acara adat sebagai perwujudan perasaan suka cita warga terutama pada saat menyambut tamu-tamu kehormatan.
Dalam perkembangannya, gerak dan ragam Giring-giring telah mengalami banyak pengembangan dengan tidak meninggalkan kaidah dan teknik dasar tarinya.
Kuliner khas Kalimantan Tengah
Kalumpe atau Karuang adalah sayuran yang dibuat dari daun singkong yang ditumbuk halus. Kalumpe merupakan bahasa Dayak Maanyan dan karuang sebutan sayur ini dalam bahasa Dayak Ngaju.
Dalam pembuatannya, biasanya daun singkong ditumbuk halus dan dicampur dengan terong kecil atau terong pipit. bumbu untuk masakan ini adalah bawang merah, bawang putih, serai dan lengkuas yang dihaluskan.
Apabila ingin bisa ditambahkan cabe. Kalumpe terasa sangat enak apabila sedang panas. Masakan ini biasa disajikan bersama dengan sambal terasi yang pedas dan ikan asin.
Umbut Rotan, (bahannya rotan yang masih muda) adalah salah satu makanan khas yang dimiliki oleh Suku Dayak, terutama dari Kalimantan Tengah.
Dalam bahasa Dayak Maanyan, umbut rotan dikenal dengan uwut nang'e. Sedangkan dalam bahasa Dayak Ngaju dikenal dengan juhu singkah.
Umbut rotan ini dikenal masyarakat dayak karena mudah diperoleh didalam hutan tanpa perlu menanamnya terlebih dahulu. Cara pengolahannya yaitu pertama rotan muda dibersihkan kemudian kulitnya dibuang dan dipotong dalam ukuran kecil. Umbut rotan seringkali dimasak bersama dengan ikan baung dan terong asam.
Umbut Rotan memiliki rasa gurih, asam, dan kepahit-pahitan (pahit-pahit sedap... ) yang bercampur dengan rasa manis dari daging ikan sehingga membuat umbut rotan memiliki citarasa tersendiri.
Wadi. Makanan khas Kalimantan Tengah, yang oleh penduduk setempat yang menggunakan bahan dasar ikan atau suku Dayak asli bahkan masih menggunakan daging babi. Wadi bisa dibilang adalah makanan yang “dibusukkan”. Namun pembusukan bukan berarti dagingnya didiamkan begitu saja, namun sebelum disimpan ikan atau daging akan dilumuri dengan bumbu yang terbuat dari beras ketan putih atau bisa juga biji jagung yang disangrai sampai kecokelatan kemudian di tumbuk manual atau sekarang bisa menggunakan blender. Dalam bahasa Dayak Maanyan, bumbu ini disebut dengan Sa’mu dan dalam bahasa Dayak Ngaju disebut dengan Kenta.
Cara pembuatannya, pertama ikan atau daging yang hendak diolah dibersihkan terlebih dahulu, kemudian direndam selama 5-10 jam dalam air garam. Kemudian daging atau ikan diangkat dan dibiarkan mengering. Setelah cukup kering ikan atau daging dicampur dengan Sa’mu sampai merata. Kemudian daging disimpan dalam kotak kaca, stoples, atau plastik kedap udara yang ditutup rapat-rapat. Kemudian simpan kurang lebih selama 3-5 hari.
Untuk daging disarankan simpan lebih dari 1 minggu. Setelah selesao, wadi tidak bisa langsung dimakan tapi harus diolah kembali antara lain dengan cara digoreng atau dimasak. Walau pembuatannya terlihat mudah, tetapi apabila terjadi kesalahan sedikit saja dalam memasukan bumbu serta perendaman maka akan membuat wadi menjadi tidak enak bahkan tidak bisa dimakan. Oleh karena itu ada orang-orang tertentu yang memilki keahlian untuk membuat wadi yang enak.
Bangamat dalam bahasa Dayak Ngaju atau paing dalam bahasa Dayak Maanyan adalah masakan khas yang dibuat dari kelelawar besar / kalong (Pteropus vampyrus).
Untuk konsumsi, kelelawar dengan jenis pemakan buah terbesar. Untuk kelelawar jenis pemakan serangga dan penghisap darah tidak digunakan dan tidak dikonsumsi untuk membuat makanan ini.
Walaupun paing dikenal dan dikonsumsi di beberapa daerah, tetapi orang Dayak mempunyai ciri khas dalam pembuatannya. Paing yang akan dimasak dibersihkan dengan membuang kuku, bulu kasar ditekuk dan punggung, serta ususnya. Sementara sayap, bulu dan dagingnya dimasak.
Untuk orang Dayak Ngaju paing dimasak dengan bumbu yang lebih banyak. Sedangkan untuk Dayak Maanyan, paing dimasak dengan bumbu yaitu serai dan daun pikauk (daun yang memiliki rasa asam). Paing sering dimasak bersama sayur hati batang pisang yang dipotong-potong, biasanya adalah pisang kipas. Serta juga bisa dimasak bersama dengan sulur keladi yang dipotong-potong.
Obyek Wisata Kalimantan Tengah
Taman Nasional (TN) Tanjung Puting terletak di semenanjung Kalimantan Tengah. Di sini terdapat konservasi orangutan terbesar di dunia dengan populasi diperkirakan 30.000 sampai 40.000 orangutan yang tersebar di taman nasional dan juga di luar taman nasional ini. Selain itu TN Tanjung Puting juga merupakan cagar biosfer yang ditunjuk pada tahun 1977 dengan area inti TN Tanjung Puting seluas 415.040 ha yang ditetapkan pada tahun 1982.
Dengan status TN dan cagar biosfer TN Tanjung Puting ini dapat terjaga kelestariannya dan merupakan daya tarik salah satu wisata di Indonesia. Ini berbeda dengan konservasi orangutan yang terdapat di bagian Kalimantan lainnya di mana kita melihat orangutan di habitat buatan manusia. Di TN Tanjung Puting ini kita dapat melihat habitat alami orangutan secara langsung dan melihat kehidupan mereka di alam liar. Tanjung Puting pada awalnya merupakan cagar alam dan suaka margasatwa dengan luas total 305.000 ha.
Cara yang terbaik untuk mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting adalah dengan menggunakan kapal klotok. Kenapa dinamakan dengan kapal klotok, karena kapal ini bunyinya tok-tok-tok sehingga masyarakat sekitar memberi nama kapal klotok. Kapal klotok ini merupakan akomodasi yang cukup nyaman yang mampu memuat 7 sampai 12 penumpang. Laju kapal ini juga tidak terlalu kencang, sehingga kita bisa menikmati suasana Sungai Sekonyer di sepanjang jalan menyusuri sungai. Dengan kapal ini para penumpang dapat menikmati sunset, kunang kunang dan hewan liar yang terkadang terlihat di pinggiran sungai.
Sebagian besar pengunjung Taman Nasional Tanjung Puting ini adalah wisatawan asing. Banyaknya wisatawan asing yang datang ke sini membuat masyarakat Pangkalan Bun dan Taman Nasional lebih meningkatkan pelayanan mereka. Salah satu contohnya adalah pada saat kita menaiki klotok tidak kalah dengan pelayanan di hotel berbintang, di mana guide dan kapten kapal yang selalu ramah. Masakannya pun juga sangat enak jika kita membandingkan dengan standar kota besar. Bisa jadi mereka sudah terbiasa melayani wisatawan asing sehingga standar kualitas pelayanannya pun tetap bagus. Begitu pun jika sudah malam, kita dapat tidur di atas kapal klotok dengan ditemani dengan kelambu.
Di sepanjang menyusuri Sungai Sekonyer kita dapat melihat monyet-monyet yang bergelantungan dari satu pohon ke pohon yang lainnya. Hutan ini merupakan rumah bagi delapan jenis primata. termasuk monyet yang memiliki hidung panjang (bekantan). Dengan hidungnya yang panjang masyarakat sekitar menyebutnya dengan monyet Belanda karena hidungnya yang mancung.
Salah satu tempat menarik di Tanjung Puting adalah Kamp Leakey, tempat pelestarian orangutan. Memang sebelum menuju ke Kamp Leakey ini ada terdapat kamp-kamp lain seperti Tanjung Harapan, Pondok Tanggui, Camp Pondok Ambung, dan yang terakhir adalah Kamp Leakey. Kamp Leakey merupakan yang terbesar dan dibangun pada tahun 1971. tempat ini merupakan lokasi berlindung orangutan yang diselamatkan dari perburuan liar. Saat ini kamp ini dikenal sebagai pusat penelitian orangutan.
Kita dapat mempelajari orangutan di pusat informasi Kamp Leakey. Memberi makan orangutan tidak diperbolehkan di Kamp Leakey dan kamp-kamp lain. Kamp ini akan selalu dijaga dan tetap penting karena orangutan merupakan spesies yang terancam punah, terancam oleh dampak deforestasi dan perdagangan ilegal hewan peliharaan. Selain itu Pondok Tangui juga merupakan pusat rehabilitasi untuk orangutan yang pernah ditangkap. Di kedua pusat pelestarian ini, Anda akan mendapatkan kesempatan untuk melihat dari dekat primata menakjubkan ini dan belajar lebih banyak tentang bagaimana kita dapat melindungi spesies yang terancam punah dari pulau Kalimantan.
Untuk akomodasi di Tanjung Puting menggunakan klotok atau kapal wisata, rimba lodge dan guest house. Untuk klotok ini ada asosiasinya yakni Himpunan Klotok Wisata Kumai (HKWK) dan sudah punya standar untuk sewa per hari. Pemandu wisata atau guide juga terhimpun dalam wadah organisasi profesi yaitu Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI). Untuk fee pemandu wisata Rp 250.000 per hari (1-4 orang). Kalau memandu lebih dari 4 orang, Juru masak adalah orang yang akan memasak di klotok dan menyiapkan segala kebutuhan makanan selama di klotok. Tarif juru masak adalah Rp 120.000 untuk 4 orang per hari. Kalau lebih dari 4 orang, misalkan 5 orang maka Rp 120.000 + Rp 30.000 = Rp 150.000 per hari. Jadi setiap menambah orang, maka bertambah juga bayarannya yaitu sebesar Rp 30.000 per orang.
Izin masuk ke TN Tanjung Puting untuk wisatawan nusantara: tiket masuk Rp 12.000/orang/hari, Rp 5.000/kamera, Rp 15.000rb/handycam, tiket klotok Rp 50.000, tiket parkir klotok Rp 10.000/klotok/hari. Untuk wisatawan asing: tiket masuk Rp 120.000/orang/hari, Rp 50.000/kamera, Rp 150.000/handycam, tiket klotok Rp 50.000, tiket parkir klotok Rp 10.000/klotok/hari. Mengenai makanan dan minuman bisa menyesuaikan dengan budget wisatawan, tergantung selera. Untuk gambaran satu orang menghabiskan biaya Rp 100.000 - Rp 20.000 per orang per hari.
Arboretum Nyaru Mentengadalah sebuah kawasan hutan yang di dalamnya terdapat banyak spicies flora dan fauna, yang menjadi objek wisata menarik di kota tersebut. Di lokasi ini banyak terdapat koleksi kehutanan dengan berbagai jenis seperti tanaman geronggang, meranti, cemara, dan tampan, terdapat juga proyek reintroduksi sekitar 200 ekor orangutan.
Sebagai objek wisata alam yang juga sebagai wilayah konservasi dan penelitian tanaman langka, yang berlokasi di Kelurahan Tumbang Tahay Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya (Km 28 dari Palangkaraya menuju Kabupaten Katingan). Arboretum Nyaru Menteng dengan luas 65,2 hektare yang merupakan bagian dari bumi perkemahan pramuka adalah kawasan pelestarian plasma nutfah ekosistem hutan rawa di Propinsi Kalteng. Flora dan Fauna hidup kawasan Arboretum Nyaru Menteng ini adalah jenis-jenis yang tumbuh dalam ekosistem hutan rawa.
Jenis pohon yang tumbuh di Arboretum Nyaru Menteng dapat digolongkan ke dalam 43 famili dengan jumlah species sebanyak 139 jenis.antara lain Ramin (Gonistylus bancanus), Meranti rawa (Shorea spp), Mahang (Macaranga maingayi), Geronggang (Cratoxylon arborescens), Makakang (Melastoma sp), Kapur Naga (Dryobalanop sp), Kempas (Koompasia malaccensis), Rengas (Gluta Rengas), Palawan (Tristania maingayi), Belangiran (Shorea balangeran), Punak (Tretramerista glabra). Pohon yang tergolong langka di Arboretum Nyaru Menteng adalah Terentang (Camnospermum sp), Mentibu (Dactylocladus stenostachys), Bintangur (Callophyllum sp), Jelutung (Dyera costulata), Agathis (Agathis sp), Bangkirai (Hopea sp), Gelam Tikus (Melaleuca leucadendron), Jambu-jambu (Eugenia sp) dan Tumih (Combretocarpus rotundotus).
Selain itu terdapat 4 (empat) jenis Kantong Semar yang teridentifikasi di kawasan ini yaitu Nepenthes raffesiana, N. maxima, N. ampullaria dan N. Gracilis. Jenis-jenis liana antara lain Aglaonema sp, Dianella sp, Cyrtosperma sp, Nephrolepsis sp. Dijumpai juga jenis-jenis Beringin (Ficus sp) mulai dari yang berbentuk semak sampai pohon. Jenis-jenis eksotik yang berasal dari luar kawasan yang ditanam di kawasan ini antara lain Alau (Dacridium sp), Galam (Eucalyptus sp), Nangka (Arthocarpus heterophylus), Sinonim (Arthocarpus integra), Jambu Mente (Anacardium occidentale), Rambutan (Nephelium lappaceum), Saga (Adenathera microsperma), Akasia (Acacia auliculiformis), Sungkai (Peronema canescens), Cempedak (Arthocarpus cempedak), Durian (Durio zibethinus) dan Cemara (Casuarina sp).
Beberapa jenis satwa liar antara lain beberapa jenis burung seperti Beo (Gracula religiosa) dan Cucak Rowo (Pyocnonotus zeylanicus). Jenis lain seperti Biawak (Varanus sp), Ular, Monyet dan sesekali masih dijumpai orangutan liar (Pongo pygmaeus), Owa-owa (Hylobates muelleri) dan Tupai/Bajing. Di kawasan ini terdapat jembatan kayu panjang lima Km, wisma cinta alam, bumi perkemahan, aula pertemuan, Information Center, shelter, pondok kerja, tempat parkir.
Pantai Kubu adalah salah satu tujuan wisata pantai yang dikelola sebagai kawasan wisata komersil oleh pemerintah daerah setempat. Berbagai fasilitas dibangun guna menunjang kondisi pantai ini, meskipun usaha tersebut belum terlalu maksimal. Keberadaan anjungan yang letaknya mencapai 300 meter dari bibir pantai adalah salah satu bentuk upaya tersebut dan merupakan salah satu daya tarik utama di pantai ini. Anjungan yang terbuat dari kayu ulin tersebut sungguh tempat yang asyik untuk bersantai sambil menikmati keindahan pesona bahari.Akan tetapi, sayangnya, beberapa waktu yang lalu anjungan ini sempat dibakar oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan masih belum dibangun lagi.
Selain dapat menikmati keindahan laut di dermaga kayu, Anda dapat juga bersantai di pondok-pondok yang dibangun di tepi pantai. Hal menarik lainnya yang dapat Anda nikmati di lokasi sekitar Pantai Kubu adalah tersedianya warung-warung yang menjual makanan khas laut (seafood). Tentu saja ikan dan makanan khas laut lainnya yang dijual masih terbilang segar sebab dibeli langsung dari nelayan. Pada pagi menjelang siang hari, Anda dapat melihat para nelayan menangkap ikan di lepas Pantai Kubu. Anda bahkan dapat memancing ikan sambil duduk di sepanjang kayu ulin yang menuju tengah laut. Sementara untuk minumannya, air kelapa muda yang disajikan lengkap dengan butir kelapa utuh adalah pilihan minuman khas pantai yang tak boleh dilewatkan.
Pantai Kubu adalah pantai yang menghadap Laut Jawa dan merupakan salah satu pantai kebanggaan masyarakat sekitar. Saat tahun baru, pantai ini akan dipadati pengunjung terutama masyarakat lokal yang ingin menyaksikan keindahan pesta kembang api atau sekedar berbaur dengan keramaian pengunjung yang menanti pergantian tahun.
Kumkum adalah salah satu tujuan wisata masyarakat di PalangkaRaya, dan mungkin merupakan salah satu tujuan wisata paling dekat. Dan karena satu-satunya tujuan wisata yang paling dekat, maka sangat wajar jika di hari-hari tertentu tempat wisata ini sangat ramai sekali.
Lokasinya sangat dekat sekali dengan kota PalangkaRaya nya kira2 sekitar 5km dari pusat kota, dan tidak begitu jauh dari jembatan Kahayan (iconnya PLK). Dan Kumkum ini sendiri juga berada di tepian kahayan. Tempat wisatanya berupa tempat rindang yang menyediakan gubuk-gubuk dari kayu yang berupa rumah panggung dan dirindangi oleh pohon-pohon karet. Dan jika air lagi pasang, air-air dari sungai kahayan akan berada di bawah gubuk-gubuk tersebut. Dan semua lokasinya itu berada diatas panggung-panggung dari kayu.
Selain gubuk-gubuk tersebut yang dikenakan tarif untuk sewanya per jam, juga disediakan tempat duduk yang berada di jalan-jalan panggung dan free. Kita bisa memesan makanan/minuman dari tempat-tempat makan yang berada di dalam lokasi wisata tersebut sambil menikmati live musik dari panggung Flexiholic yang berada di tengah-tengah lokasi Kumkum. Dan kita juga bisa melihat aktivitas-aktivitas nelayan di sungai kahayan.
Dan jika kita sebagai pendatang atau kita membawa anak-anak, tempat ini juga sebagai kebun binatangnya kota PalangkaRaya, karena di dalam tempat wisata ini juga disediakan beberapa kandang binatang. Dan binatang-binatang disini juga berupa binatang2 khas kalimantan seperti Buaya, Beruang Madu, Burung Tingang (maskot Kalteng), Monyet, Kuskus, dll. Tapi yang sayang sekali Orang Utan dan Bekantan (monyet khas kalimantan) tidak ada.
Danau Tahai adalah sebuah danau kecil yang terdapat di Kota Palangkaraya. Keistimewaan kawasan wisata Danau Tahai lainnya adalah disediakannya jembatan-jembatan kayu yang mengelilingi areal hutan ini, sehingga pengunjung tidak perlu khawatir akan terendam air gambut. Di dalam hutan, pengunjung dapat menikmati sejuk dan segarnya udara hutan sambil mendengarkan merdunya kicauan burung-burung. Jika sedang beruntung, pengunjung juga dapat bertemu dengan uwak-uwak, salah satu jenis kera langka yang dilindungi oleh pemerintah dan hanya terdapat di kawasan ini.
Danau Tahai memiliki keunikan yang mungkin tidak dimiliki oleh danau-danau lainnya (terutama di luar Pulau Kalimantan), yaitu airnya berwarna merah yang disebabkan oleh akar-akar pohon di lahan gambut. Di sekitar danau, pengunjung juga dapat menyaksikan pemandangan yang unik, yaitu banyak terdapat rumah-rumah terapung yang oleh penduduk setempat disebut sebagai rumah lanting.
Latar belakang terbentuknya danau ini belum diketahui secara pasti hingga sekarang. Namun, ada dua versi cerita yang berkembang di masyarakat mengenai asal-muasal terbentuknya danau ini. Pertama, Danau Tahai terbentuk karena akumulasi genangan air di lokasi penambangan pasir. Kedua, Danau Tahai terbentuk karena adanya perubahan aliran Sungai Kahayan, sehingga terbentuk genangan air yang tidak mengikuti aliran sungai itu lagi. Danau ini termasuk jenis danau dataran rendah. Di sekitar danau terdapat hutan gambut yang sangat lebat.
Obyek wisata Danau Tahai terletak di desa Tahai, Kelurahan Tumbang Tahai, Kecamatan Bukit Batu, berjarak sekitar 29 Km dari Pusat Kota Palangka Raya. Untuk mencapai ke lokasi sangat mudah, yaitu hanya memakan waktu sekitar 30 Menit baik dengan menggunakan Kendaraan Roda dua maupun kendaraan roda empat, dengan kondisi jalan aspal yang cukup bagus. Danau ini, dengan nuansa alami hutan yang sangat lebat, jembatan di atas danau, kereta air, beberapa gubuk melepas kelelahan dan disertai dengan berbagai penginapan.
Pantai Takisung adalah merupakan obyek wisata pantai yang mempesona dengan pemandangan pantai dengan aktivitas jual beli ikan segar maupun ikan kering langsung dari nelayan.
Ombaknya yang tidak terlalu besar menjadikan Pantai Takisung aman untuk dikunjungi para wisatawan. Pantai Takisung terletak di Kecamatan Takisung yaitu sebelah barat wilayah Kabupaten Tanah Laut
Pantai Sungai Bakau berjarak sekitar 15 kilometer (km) arah timur dari kota Kuala Pembuang, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Lokasi ini dapat ditempuh sekitar 20 menit menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat dari Kuala Pembuang. Namun, belum ada kendaraan umum untuk menjangkaunya sehingga pengunjung yang tak punya kendaraan sulit menuju ke sana.
Warga menyebutnya Pantai Sungai Bakau karena pantai yang juga menjadi muara dari Sei (Sungai) Bakau itu di kanan dan kirinya ditumbuhi banyak pohon bakau.
Sebelum sampai ke gapura obyek wisata yang berada di Kecamatan Seruyan Hilir Timur itu, pengunjung akan disuguhi paduan pemandangan padang rumput dengan ilalang dan pohon nipah. Padang rumput yang luas itu dipercaya penduduk sebagai sebuah kerajaan gaib yang dipimpin Amin Kalaru, seorang ”datuk”. Oleh sebab itu, siapa pun yang melintasinya harus bersikap sopan dan tidak aneh-aneh. Wisatawan juga tak boleh buang air kecil sembarang atau kalau perlu ”permisi” saat melintas dan memotret padang rumput tersebut.
Jika pengunjung berangkat dari arah Sampit, Kotawaringin Timur, yang berjarak 1,5 km, gerombolan kera liar akan menyambut di jalan antara Pantai Ujung Pandaran dan Pantai Sungai Bakau.
Setelah memasuki gerbang wisata, pengunjung seperti disambut batang pohon kelapa yang berjajar rapi. Nyiur yang melambai seakan-akan juga mengucapkan selamat datang kepada wisatawan. Tak luput deretan pohon cemara dengan daunnya yang berbentuk jarum-jaruman bergoyang tertiup angin. Ombak bergulung pelan dan relatif aman karena pantai dilindungi pemecah ombak yang dibangun sejajar dengan bibir pantai. Untuk menikmati pantai sepanjang sekitar 800 meter tersebut, pengunjung dipungut retribusi Rp 5.000 per orang.
Di sekitar Pantai Sungai Bakau juga tersedia lapangan parkir yang luas sehingga pengunjung mudah memarkir kendaraannya. Sejumlah gazebo kecil beserta tempat duduknya dibangun bagi para pengunjung untuk melepas lelah seraya menikmati deburan ombak dan menatap garis cakrawala di Laut Jawa. Selain itu, berdiri sebuah pendapa dan panggung hiburan yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk menampilkan hiburan rakyat.
Pantai Sabaru. Obyek wisata ini terletak di kelurahan Kereng Bengkirai, kecamatan Pahandut dengan luas areal 150 ha, dan berjarak sekitar 12 km dari pusat kota Palangka Raya, sehingga dapat di tempuh dalam waktu 15 menit perjalanan darat.
Di sini pengungjung dapat menikmati sunset di pinggiran pantai. Duduk di atas bebatuan sambil menikmati sejuknya nuansa pantai Sabaru.
Pantai Ujung Pandaranmerupakan salah satu objek wisata andalan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur. Pantai yang terkenal dengan hamparan pasir putih dan kekayaan biota lautnya ini membentang puluhan kilometer dari Kabupaten Kotawaringin Timur hingga perbatasan Kabupaten Seruyan. Pantai Ujung Pandaran termasuk jenis pantai yang landai.
Di pantai ini, pengunjung dapat menjumpai hamparan pasir putih yang begitu luas, barisan pohon nyiur yang jika dilihat dari kejauhan seolah-olah memagari pantai ini, deburan ombak yang cukup besar, dan kekayaan biota laut khas pantai ini. Di Pantai Ujung Pandaran banyak terdapat ubur-ubur, ikan pari, berbagai jenis ikan kecil yang hidup di terumbu karang, dan lain-lain
Lain-lain
Bandar Udara :
Nomor Polisi Kendaraan Bermotor :
Kode area Telpon :
Bagian Utara Kalimantan Tengah terdiri dari Pegunungan Muller Swachner dan perbukitan, bagian Selatan dataran rendah, rawa dan paya-paya. Berbatasan dengan tiga Provinsi Indonesia, yaitu Kalimantan Timur, Selatan dan Barat serta Laut Jawa. Wilayah ini beriklim tropis lembap yang dilintasi oleh garis equator.
Keanekaragaman Hayatinya banyak yang belum diketahui, dengan ragam wilayah pantai, gunung/bukit, dataran rendah dan paya, segala macam vegetasi tropis mendominasi alam daerah ini. Orangutan merupakan hewan endemik yang masih banyak di Kalimantan Tengah, khususnya di wilayah Taman Nasional Tanjung Puting yang memiliki areal mencapai 300.000 ha di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan. Terdapat beruang, landak, owa-owa, beruk, kera, bekantan, trenggiling, buaya, kukang, paus air tawar (tampahas), arwana, manjuhan, biota laut, penyu, bulus, burung rangkong, betet/beo dan hewan lain yang bervariasi tinggi.
Sumber Daya Alam yang berupa Hutan mendominasi wilayah 80%. Hutan primer tersisa sekitar 25% dari luas wilayah. Lahan yang luas saat ini mulai didominasi kebun Kelapa Sawit yang mencapai 700.000 ha (2007). Perkebunan karet dan rotan rakyat masih tersebar hampir diseluruh daerah, terutama di Kabupaten Kapuas, Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas dan Kotawaringin Timur. Banyak ragam potensi sumber alam, antara lain yang sudah diusahakan berupa tambang batubara, emas, zirkon, besi. Terdapat pula tembaga, kaolin, batu permata dan lain-lain.
Suku Dayak yang terdapat di Kalimantan Tengah terdiri atas Dayak Hulu dan Dayak Hilir. Dayak Hulu terdiri atas : Dayak Ot Danum, Dayak Siang, Dayak Murung, Dayak Taboyan, Dayak Lawangan, Dayak Dusun dan Dayak Maanyan. Sedangkan Dayak Hilir (Rumpun Ngaju) terdiri atas: Dayak Ngaju, Dayak Bakumpai, Dayak Katingan, dan Dayak Sampit. Suku Dayak yang dominan di Kalimantan Tengah adalah suku Dayak Ngaju, suku asal Kalimantan lainnya yang tinggal di pesisir adalah Banjar Melayu Pantai merupakan ¼ populasi Kalteng. Disamping itu ada pula suku Jawa, Madura, Bugis dan lain-lain. Gabungan suku Dayak (Ngaju, Sampit, Maanyan, Bakumpai) mencapai 37,90%.
Rumah TradisionalKalimantan Tengah adalahRumah Betang. Rumah Betang adalah rumah panjang yang merupakan rumah adat suku Dayak (Ngaju) di Kalimantan Tengah. Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung, memanjang. Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan Matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah Matahari terbenam, sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup mulai dari Matahari tumbuh dan pulang ke rumah di Matahari padam.
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, rumah betang sudah tidak ada yang asli lagi, yang ada adalah yang sudah dibangun ulang. Di bagian paling hulu, rumah betang yang dibangun kembali ada di Desa Tumbang Bukoi, Kecamatan Mandau Talawang. Di bagian hilir, rumah betang yang dibangun kembali ada di Desa Sei Pasah, Kecamatan Kapuas Hilir. Bangunan ini dibangun tidak jauh dari rumah betang asli yang sudah runtuh, tapi masih ada sisa-sisa tiangnya.
Di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah ada rumah betang asli yang dibangun sejak tahun 1870. Letaknya di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir. Rumah ini menghadap Sungai Kahayan dan memiliki pelabuhan yang siap menyambut kedatangan wisatawan melalui sungai.
Pakaian Adat Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. Beratus tahun lalu masyarakat Dayak membuat busana dengan bahan dasar kulit kayu yang disebut kulit nyamu. Kulit kayu dari pohon keras ini ditempa dengan pemukul semacam palu kayu hingga menjadi lemas seperti kain. Setelah dianggap halus "kain" itu dipotong untuk dibuat baju dan celana.
Model busananya sangatlah sederhana dan semata mata hanya untuk menutupi badan. Bajunya berupa rompi unisex tanpa hiasan apapun. Rompi sederhana ini dalam bahasa Ngaju disebut sangkarut. Celananya adalah cawat yang ketika dikenakan bagian depannya ditutup lembaran kain nyamu berbentuk persegi panjang yang disebut ewah. Busana itu berwarna coklat muda (warna asli kayu), tak diberi hiasan, tak pula diwarnai sehingga kesannya sangat alamiah.
Akan tetapi naluri berdandan, yang konon telah bangkit pada hati setiap manusia sejak ribuan tahun silam, mengusik hasrat masyarakat Dayak Ngaju untuk "mempercantik" penampilan. Maka baju kulit kayu sederhana itu pun lalu dilengkapi dengan aksesori ikat kepala (salutup hatue untuk kaum lelaki dan salutup bawi untuk para perempuan), giwang (suwang), kalung, gelang, rajah (tatoo) pada bagian-bagian tubuh tertentu, yang bahannya juga dipungut dari alam sekitar. Biji-bijian, kulit kerang, gigi dan taring binatang dirangkai menjadi kalung, gelang terbuat dari tulang binatang buruan, giwang dari kayu keras, dan berbagai aksesori lainnya yang berasal dari limbah keseharian mereka. Kesederhanaan pakaian kulit kayu itu kemudian memancarkan esensi keindahan karena imbuhan warna warni flora dan fauna yang ditambahkan sebagai pelengkap busana.
Pada perkembangan selanjutnya masyarakat Dayak Ngaju pun mulai membubuhkan warna dan corak hias pada busana mereka. Bahan pewarna itu secara kreatif diolah dari alam sekitar mereka. Misalnya saja, warna hitam dari jelaga, warna putih dari tanah putih dicampur air, warna kuning dari kunyit dan warna merah dari buah rotan.
Mandau. Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari pemiliknya. Artinya, kemanapun sang pemilik pergi mandau akan selalu dibawa karena berfungsi sebagai simbol kehormatan atau jati diri. Zaman dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual tertentu seperti perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara.
Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat keampuhan atau kesaktian. Kekuatan saktinya itu tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual tertentu, tetapi juga dalam tradisi pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Ketika itu (sebelum abad ke-20) semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, maka mandau yang digunakannya semakin sakti. Biasanya sebagian rambutnya digunakan untuk menghias gagang mandau. Mereka percaya bahwa orang yang mati karena di-kayau, rohnya akan mendiami mandau tersebut sehingga menjadi sakti. Namun, saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya, cinderamata, barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar dan bertani.
Bahasa Daerah. Sebagian besar penduduk Kalimantan Tengah terdiri dari suku bangsa Dayak. Suku bangsa dayak sendiri terdiri atas beberapa sub-suku bangsa. Bahasa Dayak Ngaju adalah bahasa dayak yang paling luas digunakan di Kalimantan Tengah, terutama di daerah sungai Kahayan dan Kapuas. Bahasa Dayak Ngaju juga terbagi lagi dalam berbagai dialek seperti bahasa Dayak Katingan dan Rungan. Selain itu Bahasa Ma’anyan dan Ot’Danum juga banyak digunakan. Bahasa Ma’anyan banyak digunakan digunakan di daerah aliran sungai Barito dan sekitarnya. Sedangkan bahasa Ot’Danum banyak digunakan oleh suku dayak Ot’danum di hulu sungai Kahayan dan kapuas.
Kelompok masyarakat pendatang juga memberikan keragaman bahasa bagi masyarakat Kalimantan Tengah. Bahasa yang cukup sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Banjar karena memiliki kedekatan geografis dengan daerah Kalimantan Selatan yang mayoritas dihuni oleh suku/orang Banjar, dan cukup banyak orang Banjar yang merantau ke Kalimantan Tengah. Bahasa lainnya adalah bahasa Jawa, bahasa Bugis, bahasa Batak, dan sebagainya yang dibawa pendatang.
Flora Identitas Kalimantan Tengah adalah Tenggaring atau Rambutan. Merupakan tanaman tropis yang tergolong ke dalam suku lerak-lerakan atau Sapindaceae, berasal dari daerah kepulauan di Asia Tenggara. Kata "rambutan" berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai rambut.
Rambutan banyak terdapat di daerah tropis seperti Afrika, Kamboja, Karibia , Amerika Tengah, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Sri Lanka. Pohon hijau abadi, menyukai suhu tropika hangat (suhu rata-rata 25 derajat Celsius), tinggi dapat mencapai 8m namun biasanya tajuknya melebar hingga jari-jari 4m. Daun majemuk menyirip dengan anak daun 5 hingga 9, berbentuk bulat telur, dengan variasi tergantung umur, posisi pada pohon, dan ras lokal.
Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki "rambut" di bagian luarnya (eksokarp). Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning hingga merah ketika masak/ranum. Endokarp berwarna putih, menutupi "daging". Bagian buah yang dimakan, "daging buah", sebenarnya adalah salut biji atau aril, yang bisa melekat kuat pada kulit terluar biji atau lepas ("rambutan ace"/ngelotok).
Pohon dengan buah masak sangat menarik perhatian karena biasanya rambutan sangat banyak menghasilkan buah. Jika pertumbuhan musiman, buah masak pada bulan Desember hingga Maret, dikenal sebagai "musim rambutan". Masanya biasanya bersamaan dengan buah musiman lain, seperti durian dan mangga.
Fauna Identitas Kalimantan Tengah adalah Kuau Kerdil Kalimantan, atau Merak kerdil. Disebut juga Kuau-kerdil malaya atau Kuau melayu atau dalam nama ilmiahnyaPolyplectron malacense adalah salah satu burung yang terdapat di dalam suku Phasianidae. Kuau-kerdil malaya berukuran sedang, dengan panjang sekitar 53cm. Burung ini memiliki bulu berwarna coklat, dengan tanda bintik hijau metalik berbentuk seperti mata. Burung jantan mempunyai jambul berwarna biru gelap kehijauan, iris berwarna biru-putih dan kulit sekitar matanya berwarna merah. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap dan lebih suram.
Populasi Kuau-kerdil malaya tersebar dan endemik di hutan dataran rendah semenanjung Malaya. Sebelumnya burung ini ditemukan juga di Thailand, Myanmar dan Singapura, namun sekarang telah punah di sana. Populasi spesies ini dapat ditemukan di Malaysia bagian tengah. Kuau-kerdil malaya poligamis. Jantan berpasangan dengan beberapa ekor betina. Pakannya berupa aneka serangga dan larvanya. Betina biasanya menetaskan sebutir telur yang dierami selama 22-23 hari.
Akibat menyusutnya hutan serta habitatnya yang sangat terbatas, kuau-kerdil malaya dimasukkan sebagai rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix II. Hewan ini terdaftar sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Tengah, walaupun mungkin yang dimaksudkan adalah kuau-kerdil Kalimantan.
Tarian Tradisional Kalimantan Tengah
Tari Wadian Amun Rahu. Tarian ini pada mulanya adalah sebuah tarian tradisional Suku Dayak Kalimantan Tengah yang bersifat sakral, magis dan religius. Tarian yang biasa dimainkan oleh kaum perempuan ini pada masa lampau dimaknai sebagai prosesi adat untuk menghantarkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, setelah selesai panen padi.
Selain itu, tarian ini juga sering dilakukan sebagai salah satu prasyarat tata cara penyembuhan seseorang yang menderita penyakit.
Ciri khas dari tari Wadian Amun Rahu terlihat pada penggunaan tata busananya yang didominasi warna merah dan putih sebagai perlambang keagungan Sang Maha Pencipta.
Tari Jarangkang Bango. Tarian ini merupakan tari kreasi baru yang diadaptasi dari tarian Suku Dayak di pedalaman Kalimantan Tengah dengan nama yang sama. Di daerah tersebut, tarian ini biasanya dimainkan oleh anak-anak.
Jarangkong Bango merupakan perangkat tari berupa benda yang dibuat dari batok kelapa yang dibelah dua, kemudian dilubangi untuk mengaitkan tali pegangan. Perangkat ini kemudian digunakan oleh para penari sebagai properti utama dalam tarian ini.
Tarian ini menunjukan sebuah kebersamaan dan kekompakan serta solidaritas anak-anak Suku Dayak Kalimantan Tengah dalam hidup bermasyarakat.
Tari Bahalai atau Tari Selendang Bawi. Tarian ini merupakan cindera tari yang diangkat dari kelengkapan pakaian berupa selendang di kalangan kaum wanita Suku Dayak Kalimantan Tengah.
Sama seperti tarian lainnya, tari ini juga telah mengalami pengembangan di beberapa bagian gerak dan atribut petari.
Tarian ini dimainkan dengan lemah gemulai oleh penari putrid sebagai gambaran sukacita dan ucapan syukur kepada Tuhan atas terlaksananya suatu hajatan besar di kalangan warga.
Tari Gelang Dadas dan Gelang Bawo (Iruang Wandrung). Tarian ini merupakan rampak selaras dua gerak tari yang disatukan yaitu Wadian Dadas dan Wadian Bawo dan kemudian disebut Tari Iruang Wandrung.
Tarian Dadas dilakukan oleh penari wanita, sedangkan Gelang Bawo ditarikan oleh penari pria. Dengan iringan perpaduan musik tradisonal yang energik tarian ini pada jaman dulu berfungsi sebagai tarian untuk menghantar syukuran kepada Yang Maha Kuasa karena keberhasilan dalam seluruh aspek kehidupan Suku Dayak Kalimantan Tengah.
Tari Rantak Kipas Gempita. Tarian ini menggambarkan semangat generasi muda dalam meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan. Kemajemukan sosial dan budaya dalam diri para pemuda yang menuntut ilmu di Bumi Tambun Bungai bukanlah suatu hambatan dalam mewujudkan cita-cita bersama untuk memajukan daerah.
Dibanding konsep awalnya, sajian tarian ini telah mengalami pengembangan ragam gerak dengan tidak meninggalkan kaidah dan tehnik dasarnya. Tarian ini dimainkan dengan lincah dan gembira, sebagai manifestasi dari semangat yang dimiliki oleh generasi muda dalam upaya ikut serta dalam membangun masyarakat, bangsa dan negara.
Tarian Mandau. Tari ini merupakan tarian yang umumnya dilmainkan oleh kaum perempuan. Makna yang terkandung di dalamnya adalah semangat seluruh warga Dayak dalam pertahanan diri dan kampong halaman dari ancaman pihak-pihak luar.
Dalam penyajiannya penari melakuikan gerakan yang lembut, gagah dan energik. Saat ini, penggarapan tari, gerak dan ragamnya telah mengalami pengembangan dengan tidak meninggalkan kaidah dan tekniknya yang sudah dikenal luas di seluruh wilayah Kalimantan Tengah sejak masa silam.
Tari Giring-giring. Tari giring-giring awalnya adalah tarian yang berasal dari daerah DAS Barito, Kalimantan Tengah.
Tari giring-giring biasa dipertunjukkan dengan perangkat musik dari bambu yang berbunji jika digetarkan. Alat musik ini biasa disebut Ganggereng dan dimainkan bersama sebuah tongkat yang di sebut Gantar. Tari ini biasa ditampilkan pada acara-acara adat sebagai perwujudan perasaan suka cita warga terutama pada saat menyambut tamu-tamu kehormatan.
Dalam perkembangannya, gerak dan ragam Giring-giring telah mengalami banyak pengembangan dengan tidak meninggalkan kaidah dan teknik dasar tarinya.
Kuliner khas Kalimantan Tengah
Kalumpe atau Karuang adalah sayuran yang dibuat dari daun singkong yang ditumbuk halus. Kalumpe merupakan bahasa Dayak Maanyan dan karuang sebutan sayur ini dalam bahasa Dayak Ngaju.
Dalam pembuatannya, biasanya daun singkong ditumbuk halus dan dicampur dengan terong kecil atau terong pipit. bumbu untuk masakan ini adalah bawang merah, bawang putih, serai dan lengkuas yang dihaluskan.
Apabila ingin bisa ditambahkan cabe. Kalumpe terasa sangat enak apabila sedang panas. Masakan ini biasa disajikan bersama dengan sambal terasi yang pedas dan ikan asin.
Umbut Rotan, (bahannya rotan yang masih muda) adalah salah satu makanan khas yang dimiliki oleh Suku Dayak, terutama dari Kalimantan Tengah.
Dalam bahasa Dayak Maanyan, umbut rotan dikenal dengan uwut nang'e. Sedangkan dalam bahasa Dayak Ngaju dikenal dengan juhu singkah.
Umbut rotan ini dikenal masyarakat dayak karena mudah diperoleh didalam hutan tanpa perlu menanamnya terlebih dahulu. Cara pengolahannya yaitu pertama rotan muda dibersihkan kemudian kulitnya dibuang dan dipotong dalam ukuran kecil. Umbut rotan seringkali dimasak bersama dengan ikan baung dan terong asam.
Umbut Rotan memiliki rasa gurih, asam, dan kepahit-pahitan (pahit-pahit sedap... ) yang bercampur dengan rasa manis dari daging ikan sehingga membuat umbut rotan memiliki citarasa tersendiri.
Wadi. Makanan khas Kalimantan Tengah, yang oleh penduduk setempat yang menggunakan bahan dasar ikan atau suku Dayak asli bahkan masih menggunakan daging babi. Wadi bisa dibilang adalah makanan yang “dibusukkan”. Namun pembusukan bukan berarti dagingnya didiamkan begitu saja, namun sebelum disimpan ikan atau daging akan dilumuri dengan bumbu yang terbuat dari beras ketan putih atau bisa juga biji jagung yang disangrai sampai kecokelatan kemudian di tumbuk manual atau sekarang bisa menggunakan blender. Dalam bahasa Dayak Maanyan, bumbu ini disebut dengan Sa’mu dan dalam bahasa Dayak Ngaju disebut dengan Kenta.
Cara pembuatannya, pertama ikan atau daging yang hendak diolah dibersihkan terlebih dahulu, kemudian direndam selama 5-10 jam dalam air garam. Kemudian daging atau ikan diangkat dan dibiarkan mengering. Setelah cukup kering ikan atau daging dicampur dengan Sa’mu sampai merata. Kemudian daging disimpan dalam kotak kaca, stoples, atau plastik kedap udara yang ditutup rapat-rapat. Kemudian simpan kurang lebih selama 3-5 hari.
Untuk daging disarankan simpan lebih dari 1 minggu. Setelah selesao, wadi tidak bisa langsung dimakan tapi harus diolah kembali antara lain dengan cara digoreng atau dimasak. Walau pembuatannya terlihat mudah, tetapi apabila terjadi kesalahan sedikit saja dalam memasukan bumbu serta perendaman maka akan membuat wadi menjadi tidak enak bahkan tidak bisa dimakan. Oleh karena itu ada orang-orang tertentu yang memilki keahlian untuk membuat wadi yang enak.
Bangamat dalam bahasa Dayak Ngaju atau paing dalam bahasa Dayak Maanyan adalah masakan khas yang dibuat dari kelelawar besar / kalong (Pteropus vampyrus).
Untuk konsumsi, kelelawar dengan jenis pemakan buah terbesar. Untuk kelelawar jenis pemakan serangga dan penghisap darah tidak digunakan dan tidak dikonsumsi untuk membuat makanan ini.
Walaupun paing dikenal dan dikonsumsi di beberapa daerah, tetapi orang Dayak mempunyai ciri khas dalam pembuatannya. Paing yang akan dimasak dibersihkan dengan membuang kuku, bulu kasar ditekuk dan punggung, serta ususnya. Sementara sayap, bulu dan dagingnya dimasak.
Untuk orang Dayak Ngaju paing dimasak dengan bumbu yang lebih banyak. Sedangkan untuk Dayak Maanyan, paing dimasak dengan bumbu yaitu serai dan daun pikauk (daun yang memiliki rasa asam). Paing sering dimasak bersama sayur hati batang pisang yang dipotong-potong, biasanya adalah pisang kipas. Serta juga bisa dimasak bersama dengan sulur keladi yang dipotong-potong.
Obyek Wisata Kalimantan Tengah
Taman Nasional (TN) Tanjung Puting terletak di semenanjung Kalimantan Tengah. Di sini terdapat konservasi orangutan terbesar di dunia dengan populasi diperkirakan 30.000 sampai 40.000 orangutan yang tersebar di taman nasional dan juga di luar taman nasional ini. Selain itu TN Tanjung Puting juga merupakan cagar biosfer yang ditunjuk pada tahun 1977 dengan area inti TN Tanjung Puting seluas 415.040 ha yang ditetapkan pada tahun 1982.
Dengan status TN dan cagar biosfer TN Tanjung Puting ini dapat terjaga kelestariannya dan merupakan daya tarik salah satu wisata di Indonesia. Ini berbeda dengan konservasi orangutan yang terdapat di bagian Kalimantan lainnya di mana kita melihat orangutan di habitat buatan manusia. Di TN Tanjung Puting ini kita dapat melihat habitat alami orangutan secara langsung dan melihat kehidupan mereka di alam liar. Tanjung Puting pada awalnya merupakan cagar alam dan suaka margasatwa dengan luas total 305.000 ha.
Cara yang terbaik untuk mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting adalah dengan menggunakan kapal klotok. Kenapa dinamakan dengan kapal klotok, karena kapal ini bunyinya tok-tok-tok sehingga masyarakat sekitar memberi nama kapal klotok. Kapal klotok ini merupakan akomodasi yang cukup nyaman yang mampu memuat 7 sampai 12 penumpang. Laju kapal ini juga tidak terlalu kencang, sehingga kita bisa menikmati suasana Sungai Sekonyer di sepanjang jalan menyusuri sungai. Dengan kapal ini para penumpang dapat menikmati sunset, kunang kunang dan hewan liar yang terkadang terlihat di pinggiran sungai.
Sebagian besar pengunjung Taman Nasional Tanjung Puting ini adalah wisatawan asing. Banyaknya wisatawan asing yang datang ke sini membuat masyarakat Pangkalan Bun dan Taman Nasional lebih meningkatkan pelayanan mereka. Salah satu contohnya adalah pada saat kita menaiki klotok tidak kalah dengan pelayanan di hotel berbintang, di mana guide dan kapten kapal yang selalu ramah. Masakannya pun juga sangat enak jika kita membandingkan dengan standar kota besar. Bisa jadi mereka sudah terbiasa melayani wisatawan asing sehingga standar kualitas pelayanannya pun tetap bagus. Begitu pun jika sudah malam, kita dapat tidur di atas kapal klotok dengan ditemani dengan kelambu.
Di sepanjang menyusuri Sungai Sekonyer kita dapat melihat monyet-monyet yang bergelantungan dari satu pohon ke pohon yang lainnya. Hutan ini merupakan rumah bagi delapan jenis primata. termasuk monyet yang memiliki hidung panjang (bekantan). Dengan hidungnya yang panjang masyarakat sekitar menyebutnya dengan monyet Belanda karena hidungnya yang mancung.
Salah satu tempat menarik di Tanjung Puting adalah Kamp Leakey, tempat pelestarian orangutan. Memang sebelum menuju ke Kamp Leakey ini ada terdapat kamp-kamp lain seperti Tanjung Harapan, Pondok Tanggui, Camp Pondok Ambung, dan yang terakhir adalah Kamp Leakey. Kamp Leakey merupakan yang terbesar dan dibangun pada tahun 1971. tempat ini merupakan lokasi berlindung orangutan yang diselamatkan dari perburuan liar. Saat ini kamp ini dikenal sebagai pusat penelitian orangutan.
Kita dapat mempelajari orangutan di pusat informasi Kamp Leakey. Memberi makan orangutan tidak diperbolehkan di Kamp Leakey dan kamp-kamp lain. Kamp ini akan selalu dijaga dan tetap penting karena orangutan merupakan spesies yang terancam punah, terancam oleh dampak deforestasi dan perdagangan ilegal hewan peliharaan. Selain itu Pondok Tangui juga merupakan pusat rehabilitasi untuk orangutan yang pernah ditangkap. Di kedua pusat pelestarian ini, Anda akan mendapatkan kesempatan untuk melihat dari dekat primata menakjubkan ini dan belajar lebih banyak tentang bagaimana kita dapat melindungi spesies yang terancam punah dari pulau Kalimantan.
Untuk akomodasi di Tanjung Puting menggunakan klotok atau kapal wisata, rimba lodge dan guest house. Untuk klotok ini ada asosiasinya yakni Himpunan Klotok Wisata Kumai (HKWK) dan sudah punya standar untuk sewa per hari. Pemandu wisata atau guide juga terhimpun dalam wadah organisasi profesi yaitu Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI). Untuk fee pemandu wisata Rp 250.000 per hari (1-4 orang). Kalau memandu lebih dari 4 orang, Juru masak adalah orang yang akan memasak di klotok dan menyiapkan segala kebutuhan makanan selama di klotok. Tarif juru masak adalah Rp 120.000 untuk 4 orang per hari. Kalau lebih dari 4 orang, misalkan 5 orang maka Rp 120.000 + Rp 30.000 = Rp 150.000 per hari. Jadi setiap menambah orang, maka bertambah juga bayarannya yaitu sebesar Rp 30.000 per orang.
Izin masuk ke TN Tanjung Puting untuk wisatawan nusantara: tiket masuk Rp 12.000/orang/hari, Rp 5.000/kamera, Rp 15.000rb/handycam, tiket klotok Rp 50.000, tiket parkir klotok Rp 10.000/klotok/hari. Untuk wisatawan asing: tiket masuk Rp 120.000/orang/hari, Rp 50.000/kamera, Rp 150.000/handycam, tiket klotok Rp 50.000, tiket parkir klotok Rp 10.000/klotok/hari. Mengenai makanan dan minuman bisa menyesuaikan dengan budget wisatawan, tergantung selera. Untuk gambaran satu orang menghabiskan biaya Rp 100.000 - Rp 20.000 per orang per hari.
Arboretum Nyaru Mentengadalah sebuah kawasan hutan yang di dalamnya terdapat banyak spicies flora dan fauna, yang menjadi objek wisata menarik di kota tersebut. Di lokasi ini banyak terdapat koleksi kehutanan dengan berbagai jenis seperti tanaman geronggang, meranti, cemara, dan tampan, terdapat juga proyek reintroduksi sekitar 200 ekor orangutan.
Sebagai objek wisata alam yang juga sebagai wilayah konservasi dan penelitian tanaman langka, yang berlokasi di Kelurahan Tumbang Tahay Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya (Km 28 dari Palangkaraya menuju Kabupaten Katingan). Arboretum Nyaru Menteng dengan luas 65,2 hektare yang merupakan bagian dari bumi perkemahan pramuka adalah kawasan pelestarian plasma nutfah ekosistem hutan rawa di Propinsi Kalteng. Flora dan Fauna hidup kawasan Arboretum Nyaru Menteng ini adalah jenis-jenis yang tumbuh dalam ekosistem hutan rawa.
Jenis pohon yang tumbuh di Arboretum Nyaru Menteng dapat digolongkan ke dalam 43 famili dengan jumlah species sebanyak 139 jenis.antara lain Ramin (Gonistylus bancanus), Meranti rawa (Shorea spp), Mahang (Macaranga maingayi), Geronggang (Cratoxylon arborescens), Makakang (Melastoma sp), Kapur Naga (Dryobalanop sp), Kempas (Koompasia malaccensis), Rengas (Gluta Rengas), Palawan (Tristania maingayi), Belangiran (Shorea balangeran), Punak (Tretramerista glabra). Pohon yang tergolong langka di Arboretum Nyaru Menteng adalah Terentang (Camnospermum sp), Mentibu (Dactylocladus stenostachys), Bintangur (Callophyllum sp), Jelutung (Dyera costulata), Agathis (Agathis sp), Bangkirai (Hopea sp), Gelam Tikus (Melaleuca leucadendron), Jambu-jambu (Eugenia sp) dan Tumih (Combretocarpus rotundotus).
Selain itu terdapat 4 (empat) jenis Kantong Semar yang teridentifikasi di kawasan ini yaitu Nepenthes raffesiana, N. maxima, N. ampullaria dan N. Gracilis. Jenis-jenis liana antara lain Aglaonema sp, Dianella sp, Cyrtosperma sp, Nephrolepsis sp. Dijumpai juga jenis-jenis Beringin (Ficus sp) mulai dari yang berbentuk semak sampai pohon. Jenis-jenis eksotik yang berasal dari luar kawasan yang ditanam di kawasan ini antara lain Alau (Dacridium sp), Galam (Eucalyptus sp), Nangka (Arthocarpus heterophylus), Sinonim (Arthocarpus integra), Jambu Mente (Anacardium occidentale), Rambutan (Nephelium lappaceum), Saga (Adenathera microsperma), Akasia (Acacia auliculiformis), Sungkai (Peronema canescens), Cempedak (Arthocarpus cempedak), Durian (Durio zibethinus) dan Cemara (Casuarina sp).
Beberapa jenis satwa liar antara lain beberapa jenis burung seperti Beo (Gracula religiosa) dan Cucak Rowo (Pyocnonotus zeylanicus). Jenis lain seperti Biawak (Varanus sp), Ular, Monyet dan sesekali masih dijumpai orangutan liar (Pongo pygmaeus), Owa-owa (Hylobates muelleri) dan Tupai/Bajing. Di kawasan ini terdapat jembatan kayu panjang lima Km, wisma cinta alam, bumi perkemahan, aula pertemuan, Information Center, shelter, pondok kerja, tempat parkir.
Pantai Kubu adalah salah satu tujuan wisata pantai yang dikelola sebagai kawasan wisata komersil oleh pemerintah daerah setempat. Berbagai fasilitas dibangun guna menunjang kondisi pantai ini, meskipun usaha tersebut belum terlalu maksimal. Keberadaan anjungan yang letaknya mencapai 300 meter dari bibir pantai adalah salah satu bentuk upaya tersebut dan merupakan salah satu daya tarik utama di pantai ini. Anjungan yang terbuat dari kayu ulin tersebut sungguh tempat yang asyik untuk bersantai sambil menikmati keindahan pesona bahari.Akan tetapi, sayangnya, beberapa waktu yang lalu anjungan ini sempat dibakar oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan masih belum dibangun lagi.
Selain dapat menikmati keindahan laut di dermaga kayu, Anda dapat juga bersantai di pondok-pondok yang dibangun di tepi pantai. Hal menarik lainnya yang dapat Anda nikmati di lokasi sekitar Pantai Kubu adalah tersedianya warung-warung yang menjual makanan khas laut (seafood). Tentu saja ikan dan makanan khas laut lainnya yang dijual masih terbilang segar sebab dibeli langsung dari nelayan. Pada pagi menjelang siang hari, Anda dapat melihat para nelayan menangkap ikan di lepas Pantai Kubu. Anda bahkan dapat memancing ikan sambil duduk di sepanjang kayu ulin yang menuju tengah laut. Sementara untuk minumannya, air kelapa muda yang disajikan lengkap dengan butir kelapa utuh adalah pilihan minuman khas pantai yang tak boleh dilewatkan.
Pantai Kubu adalah pantai yang menghadap Laut Jawa dan merupakan salah satu pantai kebanggaan masyarakat sekitar. Saat tahun baru, pantai ini akan dipadati pengunjung terutama masyarakat lokal yang ingin menyaksikan keindahan pesta kembang api atau sekedar berbaur dengan keramaian pengunjung yang menanti pergantian tahun.
Kumkum adalah salah satu tujuan wisata masyarakat di PalangkaRaya, dan mungkin merupakan salah satu tujuan wisata paling dekat. Dan karena satu-satunya tujuan wisata yang paling dekat, maka sangat wajar jika di hari-hari tertentu tempat wisata ini sangat ramai sekali.
Lokasinya sangat dekat sekali dengan kota PalangkaRaya nya kira2 sekitar 5km dari pusat kota, dan tidak begitu jauh dari jembatan Kahayan (iconnya PLK). Dan Kumkum ini sendiri juga berada di tepian kahayan. Tempat wisatanya berupa tempat rindang yang menyediakan gubuk-gubuk dari kayu yang berupa rumah panggung dan dirindangi oleh pohon-pohon karet. Dan jika air lagi pasang, air-air dari sungai kahayan akan berada di bawah gubuk-gubuk tersebut. Dan semua lokasinya itu berada diatas panggung-panggung dari kayu.
Selain gubuk-gubuk tersebut yang dikenakan tarif untuk sewanya per jam, juga disediakan tempat duduk yang berada di jalan-jalan panggung dan free. Kita bisa memesan makanan/minuman dari tempat-tempat makan yang berada di dalam lokasi wisata tersebut sambil menikmati live musik dari panggung Flexiholic yang berada di tengah-tengah lokasi Kumkum. Dan kita juga bisa melihat aktivitas-aktivitas nelayan di sungai kahayan.
Dan jika kita sebagai pendatang atau kita membawa anak-anak, tempat ini juga sebagai kebun binatangnya kota PalangkaRaya, karena di dalam tempat wisata ini juga disediakan beberapa kandang binatang. Dan binatang-binatang disini juga berupa binatang2 khas kalimantan seperti Buaya, Beruang Madu, Burung Tingang (maskot Kalteng), Monyet, Kuskus, dll. Tapi yang sayang sekali Orang Utan dan Bekantan (monyet khas kalimantan) tidak ada.
Danau Tahai adalah sebuah danau kecil yang terdapat di Kota Palangkaraya. Keistimewaan kawasan wisata Danau Tahai lainnya adalah disediakannya jembatan-jembatan kayu yang mengelilingi areal hutan ini, sehingga pengunjung tidak perlu khawatir akan terendam air gambut. Di dalam hutan, pengunjung dapat menikmati sejuk dan segarnya udara hutan sambil mendengarkan merdunya kicauan burung-burung. Jika sedang beruntung, pengunjung juga dapat bertemu dengan uwak-uwak, salah satu jenis kera langka yang dilindungi oleh pemerintah dan hanya terdapat di kawasan ini.
Danau Tahai memiliki keunikan yang mungkin tidak dimiliki oleh danau-danau lainnya (terutama di luar Pulau Kalimantan), yaitu airnya berwarna merah yang disebabkan oleh akar-akar pohon di lahan gambut. Di sekitar danau, pengunjung juga dapat menyaksikan pemandangan yang unik, yaitu banyak terdapat rumah-rumah terapung yang oleh penduduk setempat disebut sebagai rumah lanting.
Latar belakang terbentuknya danau ini belum diketahui secara pasti hingga sekarang. Namun, ada dua versi cerita yang berkembang di masyarakat mengenai asal-muasal terbentuknya danau ini. Pertama, Danau Tahai terbentuk karena akumulasi genangan air di lokasi penambangan pasir. Kedua, Danau Tahai terbentuk karena adanya perubahan aliran Sungai Kahayan, sehingga terbentuk genangan air yang tidak mengikuti aliran sungai itu lagi. Danau ini termasuk jenis danau dataran rendah. Di sekitar danau terdapat hutan gambut yang sangat lebat.
Obyek wisata Danau Tahai terletak di desa Tahai, Kelurahan Tumbang Tahai, Kecamatan Bukit Batu, berjarak sekitar 29 Km dari Pusat Kota Palangka Raya. Untuk mencapai ke lokasi sangat mudah, yaitu hanya memakan waktu sekitar 30 Menit baik dengan menggunakan Kendaraan Roda dua maupun kendaraan roda empat, dengan kondisi jalan aspal yang cukup bagus. Danau ini, dengan nuansa alami hutan yang sangat lebat, jembatan di atas danau, kereta air, beberapa gubuk melepas kelelahan dan disertai dengan berbagai penginapan.
Pantai Takisung adalah merupakan obyek wisata pantai yang mempesona dengan pemandangan pantai dengan aktivitas jual beli ikan segar maupun ikan kering langsung dari nelayan.
Ombaknya yang tidak terlalu besar menjadikan Pantai Takisung aman untuk dikunjungi para wisatawan. Pantai Takisung terletak di Kecamatan Takisung yaitu sebelah barat wilayah Kabupaten Tanah Laut
Pantai Sungai Bakau berjarak sekitar 15 kilometer (km) arah timur dari kota Kuala Pembuang, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Lokasi ini dapat ditempuh sekitar 20 menit menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat dari Kuala Pembuang. Namun, belum ada kendaraan umum untuk menjangkaunya sehingga pengunjung yang tak punya kendaraan sulit menuju ke sana.
Warga menyebutnya Pantai Sungai Bakau karena pantai yang juga menjadi muara dari Sei (Sungai) Bakau itu di kanan dan kirinya ditumbuhi banyak pohon bakau.
Sebelum sampai ke gapura obyek wisata yang berada di Kecamatan Seruyan Hilir Timur itu, pengunjung akan disuguhi paduan pemandangan padang rumput dengan ilalang dan pohon nipah. Padang rumput yang luas itu dipercaya penduduk sebagai sebuah kerajaan gaib yang dipimpin Amin Kalaru, seorang ”datuk”. Oleh sebab itu, siapa pun yang melintasinya harus bersikap sopan dan tidak aneh-aneh. Wisatawan juga tak boleh buang air kecil sembarang atau kalau perlu ”permisi” saat melintas dan memotret padang rumput tersebut.
Jika pengunjung berangkat dari arah Sampit, Kotawaringin Timur, yang berjarak 1,5 km, gerombolan kera liar akan menyambut di jalan antara Pantai Ujung Pandaran dan Pantai Sungai Bakau.
Setelah memasuki gerbang wisata, pengunjung seperti disambut batang pohon kelapa yang berjajar rapi. Nyiur yang melambai seakan-akan juga mengucapkan selamat datang kepada wisatawan. Tak luput deretan pohon cemara dengan daunnya yang berbentuk jarum-jaruman bergoyang tertiup angin. Ombak bergulung pelan dan relatif aman karena pantai dilindungi pemecah ombak yang dibangun sejajar dengan bibir pantai. Untuk menikmati pantai sepanjang sekitar 800 meter tersebut, pengunjung dipungut retribusi Rp 5.000 per orang.
Di sekitar Pantai Sungai Bakau juga tersedia lapangan parkir yang luas sehingga pengunjung mudah memarkir kendaraannya. Sejumlah gazebo kecil beserta tempat duduknya dibangun bagi para pengunjung untuk melepas lelah seraya menikmati deburan ombak dan menatap garis cakrawala di Laut Jawa. Selain itu, berdiri sebuah pendapa dan panggung hiburan yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk menampilkan hiburan rakyat.
Pantai Sabaru. Obyek wisata ini terletak di kelurahan Kereng Bengkirai, kecamatan Pahandut dengan luas areal 150 ha, dan berjarak sekitar 12 km dari pusat kota Palangka Raya, sehingga dapat di tempuh dalam waktu 15 menit perjalanan darat.
Di sini pengungjung dapat menikmati sunset di pinggiran pantai. Duduk di atas bebatuan sambil menikmati sejuknya nuansa pantai Sabaru.
Pantai Ujung Pandaranmerupakan salah satu objek wisata andalan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur. Pantai yang terkenal dengan hamparan pasir putih dan kekayaan biota lautnya ini membentang puluhan kilometer dari Kabupaten Kotawaringin Timur hingga perbatasan Kabupaten Seruyan. Pantai Ujung Pandaran termasuk jenis pantai yang landai.
Di pantai ini, pengunjung dapat menjumpai hamparan pasir putih yang begitu luas, barisan pohon nyiur yang jika dilihat dari kejauhan seolah-olah memagari pantai ini, deburan ombak yang cukup besar, dan kekayaan biota laut khas pantai ini. Di Pantai Ujung Pandaran banyak terdapat ubur-ubur, ikan pari, berbagai jenis ikan kecil yang hidup di terumbu karang, dan lain-lain
Lain-lain
Bandar Udara :
BERINGIN, MTW/WAOM, Domestik, Kec.Teweh Tengah, Barito Utara, Kalimantan Tengah.
H. ASAN, SMQ/WAOS, Domestik, Kec. Baamang, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
ISKANDAR, PKN/WAOI, Domestik, Kec.Arut Selatan, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
KUALA KURUN, KLK/WRBD, Domestik, Kec.Kurun, Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
KUALA PEMBUANG, Unknown/WAOL, Domestik, Kec.Seruyan Hilir, Seruyan, Kalimantan Tengah.
SANGGU, Unknown/WAOU, Domestik, Kec.Dusun Selatan, Barito Selatan, Kalimantan Tengah.
TJILIK RIWUT, PKY/WAOP, Domestik, Kec.Pahandut, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
TUMBANG SAMBA, TMB/WAOW, Domestik, JL. Minun Dehen Tumbang Samba, Kalimantan Tengah.
Nomor Polisi Kendaraan Bermotor :
KH : Kalimantan Tengah
Kode area Telpon :
0513 : Muara Teweh
0522 : Ampah (Dusun Tengah, Barito Timur)
0525 : Buntok
0526 : Tamiang Layang
0528 : Purukcahu
0531 : Sampit
0532 : Pangkalan Bun, Kumai
0536 : Palangkaraya, Kasongan
0537 : Kuala Kurun
0538 : Kuala Pembuang
0539 : Kuala Kuayan (Mentaya Hulu, Kotawaringin Timur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar